New York, 31 Juli 2025 – Saham Alibaba Group Holding Ltd (BABA) mengalami tekanan signifikan di pasar Amerika Serikat hari ini. Harga saham perusahaan e-commerce raksasa asal Tiongkok itu ditutup melemah sebesar 1,7%, diperdagangkan di kisaran US$117,38. Koreksi ini menjadi lanjutan dari tren penurunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, menyusul semakin banyaknya kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi makro Tiongkok.
Data Ekonomi yang Mengecewakan
Pelemahan saham Alibaba terjadi setelah rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Tiongkok menunjukkan angka di bawah ekspektasi analis. Indeks PMI resmi untuk bulan Juli turun ke level 48,9, menandakan kontraksi dalam aktivitas pabrik. Ini merupakan bulan ketiga berturut-turut PMI berada di bawah level 50, angka yang menjadi batas antara ekspansi dan kontraksi ekonomi.
Investor melihat data ini sebagai sinyal bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok pasca-COVID belum berjalan sebagaimana mestinya. Perlambatan konsumsi domestik, lesunya pasar properti, dan minimnya stimulus fiskal dari pemerintah turut memperburuk kepercayaan pasar terhadap sektor bisnis dan konsumen di negara tersebut.
Alibaba Terjebak di Tengah Krisis Sentimen
Sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia, Alibaba sangat bergantung pada daya beli konsumen Tiongkok, serta aktivitas bisnis digital yang terkait dengan e-commerce dan cloud computing. Ketika kepercayaan konsumen melemah dan belanja rumah tangga menyusut, pendapatan Alibaba berpotensi mengalami tekanan besar dalam jangka pendek hingga menengah.
Selain itu, faktor eksternal lain seperti tekanan regulasi dari pemerintah Tiongkok, meningkatnya persaingan domestik dari JD.com dan Pinduoduo, serta perubahan tren konsumen ke arah platform live-streaming dan social commerce juga menjadi tantangan tersendiri bagi Alibaba.
Investor Asing Mulai Menjaga Jarak
Sejumlah analis di Wall Street mulai memberikan rekomendasi netral terhadap saham BABA. Investor asing tampak mengambil sikap lebih hati-hati. Beberapa di antaranya mulai mengalihkan dana investasi dari saham berbasis Tiongkok ke pasar negara lain yang lebih stabil, seperti India, Jepang, dan AS sendiri, terutama ke sektor teknologi yang tengah naik daun berkat inovasi kecerdasan buatan.
Valuasi dan Harapan ke Depan
Meski saat ini saham Alibaba tengah berada dalam tekanan, sebagian analis tetap melihat peluang di balik penurunan ini. Dengan price-to-earnings (P/E) ratio yang relatif rendah, banyak yang menilai bahwa valuasi saham Alibaba saat ini sudah mencerminkan sebagian besar risiko jangka pendek.
Investor jangka panjang yang percaya akan kebangkitan ekonomi Tiongkok dan transformasi digital jangka panjang masih menempatkan Alibaba sebagai saham yang menarik, asalkan pemerintah memberikan kepastian kebijakan dan sentimen pasar kembali stabil.
Kesimpulan
Penurunan saham Alibaba hari ini mencerminkan sentimen negatif terhadap ekonomi Tiongkok secara keseluruhan, bukan hanya kinerja perusahaan itu sendiri. Namun, ke depannya, perbaikan fundamental ekonomi dan strategi adaptif dari Alibaba akan menjadi kunci pemulihan harga sahamnya.
Investor disarankan tetap mencermati data makro Tiongkok, laporan pendapatan kuartalan Alibaba, serta perkembangan regulasi sektor teknologi untuk mengambil keputusan yang bijak.